Suatu hari, ratusan prajurit semut tengah menghadap Raja Semut di sebuah celah bebatuan. “Wahai prajuritku, kita harus lebih giat mengumpulkan makanan karena musim kemarau akan segera tiba.”, kata raja dengan suara lantang. Setiap akan musim kemarau, prajurit semut memang giat mengumpulkan makanan dan menyimpannya di gudang. Jadi saat musim kemarau tiba, mereka tidak perlu lagi berpanas-panasan mencari makan. “Di mana kita akan menyimpan makanan itu, raja? Gudang kita telah rubuh terkena angin”, tanya prajurit.
Tak jauh dari tempat itu, hiduplah seekor
tikus bernama Tiko. Ia mendengar apa yang dikeluhkan oleh para semut. “Aku bisa
membantu kalian.”, teriak Tiko yang terdengar sampai celah batuan tempat semut
berkumpul. Raja Semut langsung keluar dari tempatnya. “Bantuan apa yang bisa
kau berikan, tikus?”, tanya raja. “Namaku Tiko. Kalian boleh memakai rumahku
untuk menyimpan persediaan makanan.”. Prajurit semut sangat gembira mendengar
tawaran Tiko. “Lalu, apa yang harus kami lakukan untuk membalas kebaikanmu itu?”,
kata raja. “Beri aku setengah dari makanan yang kalian kumpulkan setiap hari,”,
Tiko membuat perjanjian. Raja pun menyetujuinya. Sejak saat itu, makanan yang
dikumpulkan prajurit semut diletakkan di rumah Tiko.
Hari berganti, prajurit semut semakin rajin
mengumpulkan makanan. Makanan itu mereka tutupi dengan dedaunan dan disusun
rapi di rumah Tiko. Sesuai perjanjian, mereka memberi makanan pada Tiko setiap
hari. Sayangnya, Tiko tidak puas dengan makanan yang diberikan padanya. Setiap
malam, Tiko mengambil persediaan makanan musim kemarau milik para semut.
Suatu hari, seekor prajurit semut menyadari
bahwa makanan yang mereka kumpulkan tidak jua bertambah banyak. Prajurit itu melaporkannya
pada raja. Raja kemudian memerintahkan dua ekor semut untuk mengawasi makanan mereka
secara diam-diam. Akhirnya, dua ekor semut itu melihat ketika Tiko sedang
mencuri makanan mereka.
Mengetahui hal tersebut, raja memerintahkan
sebagian prajurit untuk segera membuat gudang makanan baru di dalam tanah.
Sedangkan sebagian yang lain bertugas memindahkan makanan dari rumah Tiko ke
gudang makanan baru saat Tiko sedang tidur. Dan untuk menjebak tikus nakal itu,
Raja Semut meminta bantuan Ular Sawah.
“Wahai Ular Sawah, aku ingin meminta
bantuanmu. Sembunyilah di rumah Tiko dan takut-takutilah dia. Dia telah mencuri
makanan yang dikumpulkan para prajuritku dengan susah payah.”, jelas raja.
“Baiklah, aku akan menolongmu.”, kata ular dengan bijak. Ular pun memasuki rumah
Tiko. Prajurit semut segera menutupi ular dengan dedaunan layaknya menutupi
makanan yang biasa mereka dikumpulkan.
Keesokan harinya, Tiko merasa kelaparan karena
tidak ada semut yang memberinya makanan seperti hari-hari sebelumnya. Ketika
melihat ada bongkahan besar yang tertutup dedaunan, Tiko mengira bahwa itu
adalah makanan. Ia segera menggeser daun yang menutupi bongkahan itu. Tiko kemudian
sangat terkejut ketika melihat bahwa bongkahan itu adalah ular. “Seharusnya
kamu tidak mencuri makanan milik para semut, Tiko. Apa kamu tidak kasihan pada mereka
yang bersusah payah mengumpulkan makanan itu?”, ular berkata sambil mendekati
Tiko yang gemetar ketakutan. “A...a...ampun ular, aku akan meminta maaf pada
semut.”, kata Tiko. “Kamu dapat meminta maaf kepada mereka jika kamu berhasil
lolos dari sergapanku!”, ular bersiap menerkam Tiko. Tiko pun lari keluar rumah.
“Aku menyesal telah serakah dan membohongi para semut. Aku menyesaaal...”,
teriak Tiko yang terlihat berlari kencang meninggalkan rumahnya.




